Jumat, 15 Oktober 2010

DZIKRULLAH


Dzikrullah sering diterjemahkan sebagai mengingat Allah, atau menyebut nama Allah. Tetapi, apakah hanya dengan mengingat dan menyebut nama Allah sudah cukup? Apakah seorang maling yang mencongkel jendela rumah sambil bibirnya berdesah  membaca bismillah, disebut sebagai maling yang sedang berdzikir?
Dzikir sebenarnya bukan hanya mengingat dan menyebut nama Allah, tetapi memiliki arti yang lebih dalam lagi. Dengan berdzikir berarti kita mengetuk nurani kita sendiri, mencabik dan membedah batin, sehingga sembuh kesadaran, keinsyafan dam kemudian berpadulah rasa cinta (mahabbah) dan takut (khauf) kepada Allah yang seorang filosof disebutnya sebagai keadaan penuh harap dalam kecemasan.
Rasulullah bersabda, "Perumpamaan antara orang hidup dan orang mati itu, bagaikan orang yang berdzikir dan orang  yang tidak bedzikir." Sehingga, di dalam kandungan dzikir terukir satu tindakan yang penuh kesadaran hanya ingin kepada kebenaran. Adalah tidak mungkin orang yang berdzikir tapi tindakannya justru bertentangan dengan kehendak Allah. Sungguh kemustahilan yang nyata seorang yang berdzikir tetapi malas bekerja. Tidak masuk akal, seorang yang menyebut Asma Allh dengan pengeras suara yang mebahana tetapi tidak peduli dengan tetangganya menjerit dalam kesengsaraan. Dzikir lisan harus berangkat dari dzikir kalbu yang kemudian terukir dalam dzikir amali, yaitu kesadaran bahwa dzikrullah hanya mempunyai nilai selama diwujudkan dalam tindakan kemanusiaan.
Betapa besarnya makna dzikir, sehingga Allah memerintahkan kita semua untuk memperbanyak dzikir, "Wahai orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, bertasbih dan bertakbirlah pagi dan petang," (QS 33 : 41-42). Harap diingat bahwa pengertian sebanyak-banyaknya (katsiron) hendaknya tidak hanya sekedar menghitung jumlah, melainkan juga kualitatif, sehingga dzikir memberi kesan yang sangat mendalam, menyulut gairah untuk bekerja keras, dan membuka cakrawala masa depan penuh harapan.
Apabila kita mau menyimak dengan seksama, tampaklah bahwa seluruh perbuatan kita harus berdiri atas dzikir, yaitu kesadaran bahwa kita selalu dilihat Allah, dan bahkan di dalam Al-Qur'an surat Thaaha ayat 14 menyebutkan, "Dengan menyebut namanya, Allah memerintahkan kita beribadah dan shalat untuk dzikir".
Bayangkan apabila seluruh bangsa ini melakukan dzikir amali. Para pekerja sebelum melaksanakan amanhnya, mengawalinya dengan berdoa. Para pemimpin menundukkan kepalanya, bertafakur dan memohon kepada Allah sebelum memberi komando atau menaadatangani  surat keputusannya.pada pedagang melayangkan harapannya, memohon agar perniagaannya makbul dan mabrur penuh barokah serta terhindar dari hawa nafsu yang berlebihan.
Apabila seluruh rakyat berdzikir amali, niscaya Allah memberi jalan keluar dari segala kesulitan yang kita hadapi. Insya Allah.
Sumber : Toto Tasmara (bunga rampai I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar