Jumat, 15 Oktober 2010

DARI PELAJARAN BERWUDHU


Hasan dan Husein putra Ali bin Abi Thalib, suatu saat pergi ke masjdi dan menjumpai seorang tua yang sedang berwudhu lalu shalat. Ternyata, wdhu dan sholat orang tua itu terlihat kurang sempurna. Hasan dan Husein ingin memperbaiki dan meluruskannya, tetpi khawatir menyinggung perasaan orang tua tersebut.
Akhirnya mereka sepakat untuk memakai pendekatan. Di hadapan orang tua itu mereka berdebat. Masing-masing mengatakan bahwa dirinyalah yang lebih benar wudhu dan sholatnya. Kemudian mereka meminta orang tua tersebut untuk menilainya.
Maka dia berkata kepada keduanya, "Alangkah baiknya wudhu dan sholat kalian, serta alangkah baikya tuntunan dan bimbingan kalian kepadaku. Semoga Allah memberkati kalian." Demikianlah kisah yang diceritakan dalam buku Hikmah dalam Humor, Kisah, dan Pepatah susunan Abdul Aziz Salim Basyarahil.
Kisah di atas sungguh mempesona. Pertama, ada sekelompok orang yang ingin meluruskan perbuatan yang diketahuinya salah dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Kedua, cara yang digunakan penuh dengan hikmah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran perubahan, yakni seorang yang lebih tua.
Dalam Islam, seorang muslim dituntut untuk tak tinggal diam saat memiliki kemampuan memperbaiki kesalahan dengan cara penuh kebijaksanaan. Bila menghadapi kemunkaran, menurut Nabi, seorang muslim harus mengubahnya dengan tangan, jika tidak bisa, dengan lidahnya, dan jika tidak bisa juga, maka dengan hatinya. Tetapi ini adalah selemah-lemahnya iman.
Kisah di atas juga menampilkan sisi lain yang tak aklah mempesona dari diri Pak Tua. Pertama, orang tua ini adalah figure yang menerima kebenaran yang dating padanya, meski itu berasal dari orang yang lebih muda. Kedua, ia juga merupakan sosok yang dengan lapang dada mengakui dirinya tak tahu dan berterima kasih pada orang yang mau memberitahu. Selain itu, ia adalah sosok yang tidak ngotot bertahan dalam kesalahan dan bersikap apriori terhadap hal baru yang dating padanya dengan sikap memusuhi.
Nabi SAW mengajarkan agar umatnya tak bertahan dalam kesalahan. Menurutnya, "Barang siapa yang melakukan sebuah kesalahan dan dia tau bahwa itu adalah salah, maka ia akan tetap dlam kutukan Allah hingga dia menghentikannya."
Akhirnya, dari sebuah pelajaran wudhu ini, mungkin ada baiknya mengingat apa yang pernah diucapkan Umar bin Khattab, "…kebenaran tidak tergantung pada waktu, tidak ada yang boleh melanggarnya dan jauh lebih baik untuk kembali kapada kebenaran daripada bertahan dalam kesalahan."
Sumber : Teguh Sri Pambudi (bunga rampai I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar